Hai readers..
Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang
pengalaman keluarga saya yang baru saja ditinggal ayah mertua. Tanpa
mengurangi rasa hormat dan duka mendalam pada keluarga besar, saya ingin
berbagi pengalaman. Semoga bisa memberikan pelajaran bagi kita.
Mungkin
pengalaman keluarga kami banyak dialami keluarga lain. Mertua saya
seorang pensiunan tentara Angkatan Darat dengan pangkat purnawirawan
bintang tiga. Satu tahun sebelum meninggal dunia, kesehatan fisiknya
sangat terganggu. Alhamdulillah, biaya kesehatan ditanggung dengan
fasilitas asuransi kesehatan dari pemerintah.
Ayah mertua
mengidap penyakit prostat dan ambeyen kronis yang mengharuskannya
menjalani operasi. Setelah diobservasi, agar bisa operasi prostat, ayah
harus menjalani operasi jantung terlebih dahulu.
Singkat cerita,
sekitar tiga bulan yang lalu, beliau menjalani pemasangan ring di
jantungnya dan harus memakai kateter selama 24 jam setiap hari
pascaoperasi. Terbayang begitu repot dan tidak nyamannya ayah mertua
saya. Minggu lalu, setelah menunggu tiga bulan antre di RSPAD, ayah
mertua dioperasi prostat. Empat hari pascaoperasi Allah berkehendak
lain. Komplikasi menyebabkan ayah mertua dipanggil ke hadirat-Nya.
Saya
pribadi bukan datang dari keluarga berlatar belakang pegawai negeri.
Tetapi saya tahu, banyak orang beralasan ingin menjadi pegawai negeri
sipil karena fasilitas jaminan kesehatan yang terus diterima walaupun
telah pensiun. Kalau ayah mertua saya harus menanggung semua biaya
operasi dan perawatan secara pribadi, entah sudah berapa ratus juta,
mungkin miliaran, yang harus keluar selama sakit.
Saya ingat
betul, pernah menebus satu labu obat infus seharga Rp2 juta dan perlunya
beberapa labu. Belum lagi biaya operasi yang pasti mencapai ratusan
juta, serta kamar ICU belasan juta per malam. Tanpa kepastian berapa
berada di ruang tersebut.
Tanpa mengecilkan institusi mana pun,
saya menyaksikan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada ayah saya
selama pengobatan dan di rumah sakit. Yang terbersit di benak saya,
“Mertua yang pensiunan bintang tiga saja mendapatkan pelayanan sangat
minim. Bagaimana nasib mereka yang biasa-biasa saja”.
Kami,
anak-anaknya, berulang kali menawarkan pindah rumah sakit agar
mendapatkan pelayanan lebih baik. Kedua mertua saya tidak mau karena
merasa merepotkan anak-anak dari sisi biaya. Saya ingat beliau berkata,
“Sekian puluh tahun Bapak mengabdi untuk negara, sekarang waktunya
negara yang merawat Bapak.”
Sebagai seorang financial planner
yang sering membantu klien memilih dan membeli asuransi, saya berpikir,
keadaan akan lebih baik untuk banyak orang seandainya mereka memiliki
edukasi finansial yang cukup tentang asuransi. Membayar sedikit saat ini
demi kenyamanan di saat tak terduga. Terutama saat aset yang Anda
miliki belum seberapa dibandingkan harus menanggung beban biaya yang
begitu besar.
Fungsi utama asuransi adalah untuk proteksi atau
perlindungan dari risiko yang dapat timbul dari segala sesuatu yang
memiliki nilai ekonomis. Terutama jiwa yang masih memiliki tanggungan
pada orang-orang yang dicintai.
Alhamdulillah, ayah mertua saya
dalam usia ketika anak-anaknya sudah hidup mandiri. Bayangkan, apabila
kita masih dalam usia produktif, memiliki istri dan anak yang masih
kecil, siapa yang akan menanggung biaya hidup mereka saat kita tak
bekerja? Atau ekstremnya, terjadi risiko meninggal dunia.
Memiliki
asuransi yang tepat adalah bagian dari sebuah perencanaan keuangan yang
utuh sebagai bentuk dari manajemen risiko. Hidup penuh dengan
ketidakpastian.
Sayangnya, banyak orang yang masih belum percaya
dan mengerti pentingnya asuransi. Kendati sudah merasa perlu, ada juga
yang salah dalam membeli produk, sehingga tidak sesuai dengan
kebutuhannya.
Membeli polis asuransi mirip dengan memiliki payung
sebelum hujan atau memiliki ban serep pada kendaraan. Kita tidak tahu
kapan dibutuhkan. Tetapi, apabila tidak memilikinya, kita harus
menanggung risikonya sendiri. Perusahaan asuransi hadir di masyarakat
sebagai pihak di mana kita bisa mengalihkan risiko-risiko finansial
dengan membayar sedikit biaya namun bisa mendapatkan manfaat yang
maksimal.
At the end, it s all about peace of mind.
Baca lainnya
Asuransi kesehatan atau tanggung sendiri
Memilih asuransi
Jumat, 31 Januari 2014
Sabtu, 11 Januari 2014
PATH Jejaring Sosial mobile
Bakrie Group pimpin investasi Path sebesar USD 25 juta
Path adalah jejaring sosial mobiel yang digunakan oleh
banyak orang di Indonesia. Saking banyaknya sampai-sampai aplikasi ini
menarik perhatian Bakrie Group yang, menurut Recode, ambil bagian dalam investasi seri C Path sebesar USD 25 juta.
Jejaring Sosial Mobile |
Saking populernya di Indonesia, jejaring sosial Path kini juga didanai Bakrie Grup. |
Bagi Path dan Dave Morin, perusahaan ini jelas punya rencana besar di Indonesia dan membutuhkan mitra lokal untuk mengeksekusi visinya di negara ini. Kami telah menghubungi Path dan akan memberikan informasi lebih lanjut segera.
Tapi, sampai saat ini, masih belum jelas apa rencana Path di Indonesia nanti.
(Sumber: Recode)
Link:
Bakrie Group Melakukan Investasi di Private Social Network Path
Investasi Path, Bakrie Mau Tarik Perhatian Publik
Ini Kata Bakrie Setelah Beli Path Rp 304 Miliar
Langganan:
Postingan (Atom)