Selasa, 26 November 2013

Sistem syariah atau konvensional


Perbedaan mencolok antara keuangan konvensional dan syariah adalah riba. Transaksi riba yang paling banyak terjadi adalah membungakan uang. Menganggap uang bisa berkembang dengan sendirinya seiring waktu, dengan cara dipinjamkan kepada orang lain.
Pemangkasan Suku Bunga RBA Kejutkan Pasar
Pemangkasan Suku Bunga RBA Kejutkan Pasar
Para pemilik modal meminjamkan uang, kemudian secara otomatis, uangnya bertambah dan terus menumpuk tanpa harus melakukan apapun. Bahkan tidak ada risiko.
Ilustrasi: Thinkstock
Salah satu sistem membuat yang kaya makin kaya, dan yang miskin sebaliknya
Sedangkan pengguna modal harus menanggung risiko kerugian jika dagangannya tidak laku. Pemodal tak mau tahu, yang penting uangnya terus berbunga. Dampaknya, yang kaya bertambah kaya, apapun situasinya. Di lain pihak, yang miskin bertambah miskin lantaran harus membayar bunga, kendati bisnisnya merugi.

Hal ini tidak sesuai dengan prinsip keadilan. Seharusnya, semua orang punya kesempatan sama untuk berusaha menyejahterakan dirinya. Namun, dengan sistem bunga, penguasa ekonomi adalah pemilik modal. Bukan yang paling kreatif, paling kerja keras, atau paling lihai menjual.

Selain itu, sistem bunga juga membuat seseorang menjadi malas. Pemilik uang melimpah tidak perlu lagi bekerja. Cukup diam, keuntungan terus mengalir.

Mental mau untung sendiri tapi tak mau ikut tanggung risiko ini saya sebut dengan mental deposan. Mental orang-orang yang hanya mau untung besar, pasti dapat, dan tidak bersedia ikut menanggung risiko saat rugi.

Bagaimana solusi yang diberikan oleh sistem keuangan syariah?
Sistem keuangan syariah membedakan antara transaksi sosial dan bisnis. Meminjamkan uang adalah transaksi sosial.

Biasanya, peminjam dalam kondisi terdesak  dan tidak memiliki dana untuk sekadar survive. Misalnya, pinjam uang untuk berobat, makan, dan sejenisnya. Maka ketika pinjam uang, harus dikembalikan dengan jumlah sama. Tidak boleh mengambil keuntungan dari pinjaman jenis ini.

Ekonomi syariah mendorong semua orang untuk berbisnis. Minimal secara pasif dengan uangnya saja. Tidak perlu dengan menyertakan tenaga dan waktunya.

Bagi pemilik modal tanpa punya keahlian berbisnis, didorong untuk bersinergi dengan yang punya keahlian, tapi tak punya modal. Intinya, bagi yang perlu modal bisnis, pinjam uang bukanlah solusi. Melainkan, mengajak orang lain berbisnis dengan cara berkongsi, jual-beli, sewa-menyewa, dan lain sebagainya.

Jika perlu modal uang segar untuk membayar gaji dan biaya operasional atau tambahan modal dalam jangka panjang, solusi paling benar dengan cara transaksi bagi hasil. Pemodal menempatkan dana, pengusaha mengolah bisnisnya. Untung dan rugi diterima bersama, walaupun dengan batasan tertentu.
Jika perlu modal tambahan untuk pengadaan barang tertentu, misalnya perlu kendaraan, mesin produksi, bahan baku, dan lain-lain yang bersifat nyata, jangan pinjam uang. Solusi terbaiknya transaksi jual-beli. Minta pemodal membelikan barang tersebut dari pemasok, lalu beli dari pemodal dengan harga cicilan yang disepakati. Mirip dengan pinjam uang lalu bayar cicilan, tapi dengan jual-beli kita mengajak pemodal untuk berbisnis. Bukan menjadi “petani bunga” saja.

Bagaimana dengan keperluan perlu tambahan modal untuk sewa gedung kantor yang perlu dibayar sekaligus di muka? Bisa juga dengan cara meminta pemodal menyewakan gedung tersebut dari pemiliknya.

Selanjutnya, kita menyewa dari si pemodal dengan cicilan per bulan agar lebih ringan. Jika pinjam uang dengan bunga, pemilik uang tidak berbisnis apa-apa. Tapi dengan cara sewa-menyewa, pemilik uang ikut berbisnis. Itu yang diinginkan ekonomi syariah. Semua orang bisnis, bukan menjadi “petani bunga” saja.
Dengan membelikan barang atau menyewakan manfaat, maka pemodal ikut berbisnis dan menanggung kerugian. Begitu juga dengan menanamkan modal bagi hasil, pemodal ikut memikirkan bagaimana agar bisnisnya maju. Jika bisnisnya merugi, ia juga akan ikut rugi.

Keadilan inilah yang diharapkan dalam keuangan syariah. Pemodal tak cuma ongkang-ongkang kaki. Minimal mendoakan mitranya agar bisnis yang dijalankan menguntungkan.
Please, jangan ada bunga di antara kita. Mari kita berbisnis saja.

Salam Berkah,

Ahmad Gozali

Ahmad Gozali
Twitter : @ahmadgozali
Financial Planner dari Zelts Consulting



Selasa, 12 November 2013

Hati-hati Memilih Asuransi Penyakit Kritis

Belakangan ini penyakit sepertinya bertambah banyak, makin menyeramkan dan bisa menyerang di usia muda. Semakin banyak orang yang mengalami pecah pembuluh darah di otak, kena serangan jantung, bahkan kanker pada usia yang cukup dini. Jika seorang pemberi nafkah utama terkena penyakit tersebut, dia tidak bisa bekerja lagi sehingga tidak dapat memberikan penghasilan untuk menghidupi keluarganya.

Pada kondisi seperti ini, perlindungan dari asuransi penyakit kritis sangat diperlukan untuk mengganti penghasilan yang hilang ketika terkena penyakit kritis tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini, sekarang sudah banyak  tawaran asuransi penyakit kritis di luar sana.

Tapi sebelum memilih, ada lima hal yang perlu Anda perhatikan sebelum membeli asuransi penyakit kritis antara lain.

1. Penyakit yang ditanggung 
Sesuai judulnya, biasanya asuransi menyakit kritis hanya menanggung penyakit tertentu dengan tingkat kekritisan tertentu pula. Berdiskusilah sedetail mungkin dengan pihak yang menawarkan asuransi penyakit kritis. Tanyakan penyakit kanker jenis apa saja dan mulai pada stadium berapa yang ditanggung dan yang tidak ditanggung.Ada baiknya Anda mengetahui nama penyakitnya. Ada produk asuransi penyakit kritis yang hanya menanggung kanker stadium lanjut yaitu mulai stadium 3 ke atas, dan ada juga asuransi penyakit kritis yang sudah menanggung saat Anda baru terdiagnosis  kanker stadium 1.

2. Kondisi kesehatan tertanggung
Jika Anda memiliki keluarga dengan sejarah penyakit kritis, pastikan kondisi seperti ini bisa diterima oleh perusahaan asuransi tersebut. Bila Anda sudah terdiagnosis tumor sebelum mendaftar asuransi, Anda  juga harus mencari produk asuransi penyakit kritis yang mau menerimanya.

3. Pertanggungan dan cara klaim
Pastikan kita mengetahui secara detail pertanggungan yang bisa diperoleh.  Apakah dalam jumlah menyeluruh atau bertahap? Syarat syarat apa yang harus dipenuhi agar kita bisa mendapatkan pertanggungannya? Misal harus ada kuitansi dan rincian yang asli rumah sakit, dan sebagainya.

4. Jumlah uang pertanggungan 
Besarnya jumlah uang pertanggungan yang diperlukan bergantung kepada jumlah hilangnya penghasilan sang penderita penyakit kritis selama  periode yang diasumsikan.

Misalnya, keluarga Bapak A memiliki penghasilan Rp10 juta dan didiagnosis kanker stadium 3. Bapak A diperkirakan tidak dapat bekerja selama satu tahun karena fokus dengan pengobatannya. Maka besar uang pertanggungan yang diberikan asuransi minimal sekitar Rp132 juta, yang merupakan future value (nilai masa depan) dari  Rp10 juta x 12 bulan = Rp120 juta. Kemudian Rp120 juta ini dikalikan inflasi sebesar 10%.

Uang pertanggungan dari asuransi penyakit kritis selain dapat menggantikan pendapatan bulanan untuk menghidupi keluarga juga diharapkan dapat meringankan biaya pengobatan. Pada masa satu tahun tersebut diharapkan juga terdapat penyesuaian mengenai gaya hidup misalnya untuk biaya transportasi dan biaya pengeluaran pribadi.

5. Bandingkan biaya dan keuntungan
Jangan lelah menghubungi beberapa perusahaan asuransi dan membuat perbandingan. Sebagai pelanggan, Anda harus mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan memilih sesuatu hanya karena murah. Biaya yang harus dibayar juga harus diperhatikan, jangan sampai hanya karena ingin perlindungan yang sangat ideal, kantong Anda malah jadi bolong karena sebenarnya Anda tidak mampu membayar preminya.

Jadi perlu-tidaknya asuransi penyakit kritis tergantung dari kebutuhan, kemampuan, dan kesediaan produk yang sesuai. Bandingkan beberapa perusahaan dan tanyakan secara detail produk yang ditawarkan. Ingatlah bahwa produk asuransi itu harus sesuai dengan kebutuhan yang tertanggung!

Titis Syahluddin, CFP
Independent Financial Planner
PT. Quantum Magna
www.qmfinancial.com

Jumat, 08 November 2013

Memilih Investasi Jangan Salah Keranjang

Investasi: Hati-hati, Salah Keranjang
Pertanyaan: Saya seorang single berpenghasilan Rp 3,8 juta. Saya sudah investasi, tapi saya kurang tahu benar apa tidak cara yang telah saya jalani.

1. Saya menyisihkan Rp 2,5 juta ke rekening lain. Setelah Rp 10 juta, saya depositokan. Apakah itu langkah benar?

2. Saya sering dengar reksa dana. Saya kurang mengerti apa itu reksa dana dan di mana saya harus beli?

Mantraajus


Salam Mantraajus,


Dari info Anda, berarti setiap bulan lebih dari 60 persen gaji Anda sisihkan untuk ditabung. Angka fantastis menurut hemat saya.

Bagi saya, untuk berhasil dalam pengelolaan finansial, 80 persennya ditentukan oleh cara dan kebiasaan kita. Sisanya urusan teknis hitung-menghitung. Anda telah memiliki fondasi karakter yang luar biasa untuk memperoleh keberhasilan finansial.

Sebelum mulai berinvestasi, sebaiknya kenali dulu perbedaan antara menabung dan berinvestasi. Konsep menyisihkan pada tabungan atau deposito adalah salah satu bentuk kita menabung. Tujuan utamanya memiliki simpanan yang kelak digunakan dalam jangka waktu pendek atau sebagai dana cadangan.

Biasanya, dana tabungan ditempatkan pada instrumen berisiko rendah dan mudah dicairkan. Penuhi tabungan Anda sekitar delapan bulan kebutuhan hidup, setelah itu mulailah berinvestasi sesuai tujuan keuangan.

Dalam berinvestasi, kita membeli sebuah instrumen investasi yang nilainya di bawah harga pasar (undervalue) dengan harapan, saat dijual, harganya lebih tinggi. Setiap tujuan investasi memiliki jangka waktu berbeda. Maka pilihan instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan Anda.

Seorang single biasanya menentukan tujuan bisa jadi perkara pelik. Anak belum punya, rumah masih nyaman tinggal dengan orang tua atau kos. Inilah pentingnya kita memiliki visi jangka panjang, bukan hanya hidup untuk saat ini.

Cara mudah mengatasi kebingungan seperti itu, pikirkanlah persiapan dana hari tua. Suatu saat kita menjadi uzur dan tidak lagi produktif bekerja. Padahal kita ingin hidup senyaman sekarang, sementara pemasukan bulanan sudah terhenti.

Saat berinvestasi, ada beberapa faktor penting yang harus dicermati: tujuan berinvestasi, risiko, imbal hasil (return), jangka waktu, dan yang tak kalah penting adalah literasi Anda terhadap investasi tersebut.

Selain itu, faktor inflasi mesti jadi pertimbangan. Inilah monster yang menggerus nilai uang kita. Dari waktu ke waktu, biaya hidup semakin mahal. Di Indonesia, tingkat inflasi masih terbilang tinggi dibanding negara lain. Perhatikan saja harga-harga saat ini, seperti bahan makanan, bbm, atau tarif listrik.

Cobalah bandingkan harga-harga itu pada lima tahun silam. Nah, bisa terbayang, seperti itulah yang akan terjadi saat kita pensiun kelak. Harga makin menjulang.

Badan Pusat Statistik memperkirakan besaran inflasi di kisaran 6 persen. Realitas di pasar, kenaikan harga barang bisa mencapai 10 persen lebih. Ongkos parkir saja naik 200 persen dalam waktu 2 tahun.

Celaka jika instrumen investasi yang kita tahu hanya deposito atau tabungan bank yang memberi imbal hasil maksimal 5 persen per tahun. Artinya, nilai uang kita bukannya tambah, tetapi tergerus oleh inflasi. Jadi, memiliki literasi finansial itu penting, sehingga kita dapat mengetahui jenis investasi yang bisa memberikan hasil maksimal dalam jangka panjang.

Terkait pertanyaan Mantraajus, reksa dana merupakan salah satu instrumen yang memberikan imbal hasil lebih agresif dibanding deposito. Saya akan membahas mengenai reksa dana secara khusus pada artikel selanjutnya.

Perlu diingat, investasi tidak terbatas instrumen aset kertas. Properti, bisnis, dan komoditas juga investasi. Rumus high risk high return atau makin tinggi imbal hasil yang diharapkan makin besar pula risikonya, berlaku pada tiap instrumen investasi.

Risiko terbesar saat kita berinvestasi sering kali bukan terletak pada produk, tetapi pada diri kita yang tidak mengerti tentang produk tersebut.

Terlepas dari itu, investasi yang paling penting adalah berinvestasi pada diri sendiri. Saat kita merasa masih undervalue dalam hal tertentu, tingkatkan nilai kita dengan terus menambah potensi diri, sehingga orang lain atau tempat kita bekerja akan memandang dengan nilai yang semakin bertambah.

To serenity,


Dwita Ariani, MM, RFA, RIFA


Financial educator dari Zelts Consulting

Kamis, 07 November 2013

Manulife "Lembaga Keuangan"

Jatim Sumbang Rp 8,5 Premi buat Manulife
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -- Sepanjang semester pertama tahun ini, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia di Jawa Timur telah menghimpun premi sebesar Rp 8,5 triliun dari bisnis employee benefit. Dana tersebut bersumber dari tiga produk, yakni Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) reguler, pencadangan pensiun (MPP Plus), dan Health Insurance.
Menurut Vice President Employee Benefits Distribution Department PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Karjadi Pranoto, dari produk DPLK reguler, Manulife menghimpun dana sebesar Rp 6,3 triliun. Sementara dari produk MPP Plus dan Health Insurance, masing-masing sebesar Rp 1,9 triliun dan Rp 330 miliar.
Dalam kurun waktu setahun ke depan, perusahaan berharap bisa menghimpun dana lebih tinggi melalui tambahan portofolio, yakni dengan meluncurkan DPLK-PPUKP (Dana Pensiun Lembaga Keuangan – Program Pensiun untuk Kompensasi Pesangon).
“Dari DPLK-PPUKP kami targetkan di waktu setahun ke depan bisa terhimpun premi sebesar 200 miliar secara nasional. Untuk Jawa Timur, kontribusinya diharapkan bisa mencapai 15 sampai 20 persen,” kata Karjadi di Surabaya, Kamis (7/11/2013).
DPLK-PPUKP dirancang untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan akan program pesangon bagi karyawan. Produk ini membidik perusahaan-perusahaan yang ingin memberikan hak pensiun bagi karyawannya secara lump sum (bersamaan), sebagai alternatif pembayaran hak pensiun secara reguler atau bulanan yang telah dicakup oleh produk DPLK Reguler.
“Bagi perusahaan, produk ini bermanfaat sekali karena memungkinkan mereka untuk mengelola arus kas di masa depan yang berkaitan dengan pendanaan pesangon. Dengan demikian saat perusahaan membayar pensiun karyawan, cash flow mereka tidak terganggu,” imbuhnya.
Baarnb Yosia, Senior Sales Manager Employee Benefits Distribution Manulife menambahkan, produk ini diluncurkan jelang akhir tahun. Meski demikian, ada optimisme DPLK-PPUKP akan menjaring banyak dana di awal peluncuran.
“Kuartal keempat atau sekitar November sampai Desember ini, biasanya perusahaan-perusahaan melakukan planning pencadangan pesangon,” ujar Baarnb. (Eben Haezer Panca)

Asuransi Nakal

Asuransi Nakal Temuan OJK
PLASADANA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menemukan modus operasi asuransi nakal dalam merayu konsumen. Bagaimana ceritanya?

Seperti disampaikan Ketua OJK Muliaman Hadad, belum lama ini pihaknya menegur perusahaan asuransi karena memiliki perilaku bisnis yang dapat merugikan konsumen. Utamanya, terkait sikap agen asuransi yang tidak transparan dalam menjual produknya.
"Positifnya saja yang disebut, akan tetapi negatifnya dirahasiakan. Saya harap hal ini tidak menjadi model bisnis ke depan," ujarnya di Jakarta, Kamis (7/11).
Kondisi semacam ini, katanya, rupanya kerap terjadi di Australia. Di sana, banyak perusahaan asuransi yang memberikan janji manis tanpa pengetahuan risiko yang memadai. Alhasil, otoritas jasa keuangan setempat memberikan sanksi berupa denda kepada perusahaan asuransi.
"Jadi, yang sangat penting untuk diperhatikan pelaku bisnis adalah the way we doing business," ucap Muliaman.
Dalam konteks itulah, lanjut dia, OJK kini tengah menyusun mekanisme penyelesaian sengketa antara konsumen dan lembaga jasa keuangan sebagai turunan peraturan OJK tentang perlindungan konsumen yang telah dikeluarkan Juli lalu.
"Akhir tahun ini akan kita keluarkan pedoman bagaimana setiap lembaga jasa keuangan harus memiliki mekanisme internal yang mampu merespon pengaduan-pengaduan nasabahnya," tandas Muliaman.
Dia jugamengingatkan kepada pelaku industri jasa keuangan, khususnya yang bergerak di bidang asuransi agar menjunjung tinggi etika dalam berbisnis.
Penulis: Heru Budhiarto

Baca Lainnya: 
OJK: Stabilitas Sistem Keuangan Ditentukan Perilaku Bisnis 
OJK Monitor Penyelesaian Kewajiban Asuransi Bumi Asih 
Hanwha Life: Bisnis Asuransi di Indonesia Cerah 
OJK Lakukan Sosialisasi dan Edukasi Perlindungan Konsumen
OJK tak Punya Roadmap Penyelesaian Sengketa  
Perusahaan Asuransi asal Korea Selatan Hadir di Indonesia 
Edukasi Konsumen, OJK Gelar Talk Show dan Bioskop Keliling 
4 Perusahaan Asuransi Layani Asuransi Sapi Ternak
Integrasikan Layanan Jasa Keuangan, Indosurya Group Operasikan Indosurya … 
Tiga Pertanda Anda Butuh Konsultan Keuangan 
Dahlan Akan Copot Direksi Tolak BUMN Reasuransi 
OJK Susun Mekanisme Penyelesaian Sengketa Jasa Keuangan 
Data Kemenkeu: Jumlah Obligasi Negara Diperdagangkan Meningkat 
BI-Kementan Luncurkan Skema Asuransi Ternak Sapi

Sabtu, 02 November 2013

5 Fakta & Mitos ‘Penyakit Lupa’

Oleh: dr. Alvin Nursalim
KLIKDOKTER.com - Mungkin Anda pernah mendengar istilah ‘penyakit lupa’, atau kadang kala orang usia lanjut sering mengeluh suka melupakan hal tertentu. Janganlah Anda anggap sepele keluhan itu, karena bisa jadi keluhan itu merupakan bagian dari penyakit Alzheimer. Dan tidak sedikit juga salah paham mengenai kondisi ini di tengah masyarakat, simak fenomena paling umum dari sebagian mispersepsi Alzheimer di masyarakat:
  1. Mitos: Banyak Belajar Banyak Lupa
    Fakta: Salah. Lupa yang disebabkan oleh Alzheimer dikarenakan penurunan fungsi otak, dimana dipicu oleh kematian dari sel-sel otak. Selain itu, pada otak penderita Alzheimer juga ditemukan plak protein abnormal yang menyebabkan kematian sel.  Apabila dilakukan pemotongan pada otak penderita penyakit Alzheimer, terlihat otaknya menjadi lebih kecil dibandingkan otak normal. Nah kegiatan belajar justru melatih dan menjaga fungsi otak. Semakin konsisten Anda melatihnya, maka akan semakin baik performanya. Justru banyak belajar, tidak mudah lupa.

  2. Mitos: Ketika Tua Nanti Kita Semua Mutlak Pikun
    Fakta: Tidak sepenuhnya benar. Sebagian manula ditemukan masih memiliki daya ingat yang baik. Alzheimer merupakan kondisi penyakit yang terjadi pada sebagian orang di usia tua. Dari beberapa jurnal ditemukan saran pencegahan Alzheimer adalah berupa melatih otak dengan cara membaca, bermain puzzle, menulis jurnal keseharian, olahraga atau pun asupan makan. Dengan menjalankan kiat pencegahan Alzheimer, Anda dapat mengurangi risiko terkena Alzheimer di masa tua Anda dari sekarang.

  3. Mitos: Ukuran Otak Penderita Alzheimer Sama dengan Normal
    Fakta: Salah. Pada otak penderita Alzheimer ditemukan plak protein abnormal yang menyebabkan kematian sel.  Apabila dilakukan pemotongan pada otak penderita penyakit Alzheimer, terlihat otaknya menjadi lebih kecil dibandingkan otak normal.

  4. Mitos: Alzheimer Hanya Berdampak Pada IngatanFakta: Salah. Pada keadaan penyakit yang lanjut, seorang penderita Alzheimer bisa memiliki kesulitan dalam mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengalami gangguan berpikir. Penderita Alzheimer dapat memiliki masalah berbicara, merasa cemas dan gelisah. Berikut ini adalah beberapa gejala umum dari penyakit Alzheimer: Hilang ingatan, suka bingung dengan waktu dan tempat (disorientasi), gangguan berbicara, kesulitan menyelesaikan tugas yang biasa dilakukan, ceroboh dan lalai.
  5. Mitos: Ginkgo Biloba adalah Obat Alzheimer
    Fakta: Salah. National Center for Complementary dan Alternatif Medicine, bagian dari National Institutes of Health, Amerika Serikat mendanai sebuah penelitian mengenai ginkgo biloba yang melibatkan enam pusat medis dan lebih dari 3.000 orang berusia antara 72 hingga 96 tahun selama tujuh tahun. Hasil penelitian tidak menemukan hubungan ekstrak ginkgo biloba memberikan efek penurunan kognitif pada orang lanjut usia, khususnya memori, konstruksi visual-spasial, bahasa, perhatian dan kecepatan psikomotor.

Sampai saat ini belum ditemukan obat pasti untuk pengobatan Alzheimer. Terdapat beberapa obat-obatan untuk penyakit ini, dan penggunaannya harus berada dibawah supervisi dokter. Idealnya, pengobatan penyakit Alzheimer membutuhkan sebuah tim dokter yang melibatkan dokter penyakit dalam (spesialis geriatri-yang merawat orang tua), dokter  saraf, dan psikiater.
Selain itu, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat juga diperlukan dalam membantu seorang penderita Alzheimer. Keluarga dapat membantu penderita Alzheimer untuk melakukan kegiatan sehari-hari, aktivias fisik dan melakukan interaksi sosial. Penderita Alzheimer juga perlu dibantu untuk mengingat dengan berbagai alat pembantu seperti kalender harian atau jurnal harian.
Apabila anda mengalami keluhan ini atau mengenal kerabat dengan keluhan yang dipaparkan diatas, ada baiknya anda berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai topik ini, silakan ajukan pertanyaan Anda di fitur Tanya Dokter Klikdokter.com di laman website kami.[](AN)

Artikel Terkait:
Sering Pusing, Tengkuk Kaku & Mudah Lupa?
Manfaat Kesehatan Puasa Berselang (Intermittent Fasting/OCD)
Manfaat Kopi Terhadap Penyakit Alzheimer
Hobi pencegah pikun
Penyebab sering lupa di waktu muda